jasa pemetaan
now browsing by tag
Bagaimana Cara Membuat Peta Kontur yang Benar ?
Dahulu cara yang paling umum untuk membuat peta kontur adalah dengan menggunakan Total Station atau pengukuran manual lainnya melalui ground survey. Metode ini sampai sekarang pun masih banyak digunakan dan dianggap lebih valid namun memiliki kelemahan tersendiri ketika area yang ingin dipetakan sangat luas sehingga membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang tidak murah.
Sejak teknologi pesawat tanpa awak / drone mulai menjamur pembuatan peta kontur menjadi lebih murah melalui survey udara. Namun untuk memproduksi peta kontur yang baik dan benar dari foto udara membutuhkan tehnik khususu dan beberapa support system lainnya sehingga hasilnya dapat menggambarkan keadaan sebenarnya sedekat mungkin dengan error yang minimum.
Beberapa hal yang akan mempengaruhi kualitas peta kontur dari foto udara adalah :
1. jumlah sebaran GCP (ground control point)
2. titik sebaran GCP
3. tehnik pengambilan foto udara
4. intensitas tutupan lahan / canopy
mari kita bahas satu – persatu.
Jumlah sebaran GCP akan sangat mempengaruhi hasil. GCP ini adalah titik referensi yang akan digunakan software pengolah citra untuk melakukan interpolasi dan georeferencing data foto udara yang akan dibangun. logikanya semakin banyak jumlah GCP akan semakin baik model yang akan dibangun karena semakin mewakili keadaan lapangan yang sebenarnya. Pengukuran GCP juga tak kalah penting, gunakan alat ukur yang baik dan metode yang benar untuk mendapatkan data yang akurat.
Titik sebaran GCP juga akan menentukan kualitas model yang akan dibangun. Peta kontur dihasilkan dari digital terrain model (DTM) yang dibangun dari foto udara, software pengolah data akan membangun DTM dari point cloud yang sudah digeoreferencing menggunakan data GCP. penyebaran titik GCP yang baik dan benar akan mempengaruhi model DTM yang dibangun. GCP harus tersebar merata mewakili titik – titik elevasi di lapangan. semisal kondisi lapangan memiliki lembah dan bukit sangat penting untuk meletakkan GCP di dasar lembah dan puncak bukit tersebut sehingga elevasi lembah dan bukit dapat terwakili dengan baik saat pembangunan model.
Tehnik pengambilan foto udara juga berperan sangat penting. Berbeda dengan Lidar Scan, kamera RGB yang digunakan untuk pengambilan data memiliki keterbatasan tertentu. Cara kerja software pengolah data foto udara adalah dengan metode stereo view, software akan membangun modal 3D dari foto 2D yang bertampalan . Semakin banyak foto yang bertampalan akan semakin baik model dibangun untuk kasus foto udara sudut vertikal (nadir) tapi jika ingin hasil yang lebih baik lagi pengambilan data juga bisa tambah dengan pengambilan foto secara oblique (tegak 70′ ) sehingga dapat mengcover data dari tampak samping lebih banyak yang berguna untuk pembangunan point cloud yang lebih presisi.
Terakhir adalah faktor tutupan lahan / canopy. peta kontur adalah peta yang merepresentasikan terrain sehingga dalam survey foto udara pembuatan kontur dibangun dari terrain model yang sudah mengeliminasi surface / tutupan / canopy yang ada diatas terrrain. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa metode foto udara tidak mampu menembus canopy seperti Lidar sehingga beberapa trik untuk mengeliminasi canopy harus menggunakan cara manual. sebisa mungkin GCP disebar didaerah yang terbuka dengan jumlah dan keterwakilan yang cukup sehingga nantinya metode filtering otomatis by software dapat bekerja lebih baik dan meminimalkan pekerjaan filtering manual yang membutuhkan waktu dan energi.
Peta kontur sangat vital sekali untuk dimiliki sebagai data acuan untuk beragam perencanaan, dalam dunia pertambangan peta kontur dibutuhkan untuk membuat rencana penambangan, pembuatan jalan dan infrastruktur lainnya. Dalam dunia perkebunan peta kontur sangat dibutuhkan untuk pembangunan perkebunan, manajemen pemeliharaan tanaman dan pemanenan serta banyak lagi . Indoatlas adalah perusahaan yang menyediakan jasa pembuatan peta kontur dan jasa survey lainnya dengan harga yang sangat kompetitif didukung dengan peralatan survey yang lengkap serta tenaga ahli berpengalaman. Untuk informasi lebih lanjut dan konsultasi lebih lanjut dapat menghubungi Indoatlas di +62 82284012829 .
Perbedaan DEM, DTM dan DSM
Pada era digital saat ini komputer memiliki peran yang besar dalam dunia geodesi, produk yang dihasilkan pun semakin beragam sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengamatan.
Banyak dari kita sudah tidak asing lagi dengan istilah DEM, DTM dan DSM. Kegita produk tersebut adalah sebuah sebuah data digital yang berbeda walaupun serupa. Berikut akan kita bahas satu persatu perbedaan DEM, DTM dan DSM.
1. Pengertian DEM (Digital Elvation Model)
DEM adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik – titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefenisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat (Tempfli, 1991)
DEM merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam mengumpulkan, prosessing, dan penyajian informasi medan. Susunan nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial di wakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horisontal X Y dan karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem koordinat Z (Frederic J. Doyle, 1991)
DEM khususnya digunakan untuk menggambarkan relief medan. Gambaran model relief rupabumi tiga dimensi (3-Dimensi) yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisaikan dengan bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual reality (Mogal, 1993)
Digital elevation model (DEM) dapat diartikan sebagai model bentuk tiga dimensi yang mengandung data ketinggian saja, sedangkan DTM memiliki konsep penampilan terrain yang lebih luas (akan dibahas lebih detil)
2. Pengertian DTM (Digital Terrain Model)
DTM adalah singkatan dari Digital Terrain Model atau bentuk digital dari terrain (permukaan tanah, tidak termasuk objek diatasnya) DTM menampilkan data yang lebih lengkap dari DEM. DTM digambarkan sebagai tiga representasi dimensi permukaan medan yang terdiri dari X,Y, Z koordinat disimpan dalam bentuk digital yang tidak hanya mencakup ketinggian dan elevasi unsur – unsur geografis lainnya dan fitur alami seperti sungai, jalur punggungan, dll DTM secara efektif DEM yang telah ditambah dengan unsur-unsur seperti breaklines dan pengamatan selain data asli untuk mengoreksi artefak yang dihasilkan dengan hanya menggunakan data asli. Dengan meningkatnya penggunaan komputer dalam rekayasa dan pengembangan cepat tiga dimensi grafis komputer DTM menjadi alat yang ampuh untuk sejumlah besar aplikasi di bumi dan ilmu teknik.
3. Pengertian DSM (Digital Surface Model)
DSM adalah digital surface model atau dapat diartikan sebagai model permukaan digital. DSM juga merupakan model elevasi yang menampilkan ketinggian permukaan, jika DTM hanya menampilkan ground (permukaan tanah tanpa apapun yang diatasnya) maka DSM menampilkan bentuk permukaan apapun yang ada seperti ketinggian pohon, bangunan dan objek apapun yang ada diatas tanah.
Manfaat DEM, DSM dan DTM
Ada banyak sekali manfaat dari ketiga produk ini, pembuatan produk turunan DEM disesuaikan dengan tujuan awal seperti untuk analisa volume, jarak cut and fill, rencana pembuatan terowongan, jembatan analisis aliran air, analisis daerah rawan longsor, irigas, erosi, pembuatan jaringan jalan dan banyak lagi bahkan sampai aspek pertahanan yang dipakai dunia militer.
Dengan adanya model 3D dari suatu wilayah maka rencana dapat dibuat dengan matang serta data yang ada dapat digunakan untuk berbagai macam simulasi dan analisis.
Perkembangan software dan dunia digital yang begitu cepat juga membantu mempermudah pembuatan produk ini, jika dulu penggunaan LIDAR menjadi tehnik favorit untuk membuat DSM kini dengan foto udara dan bantuan software DSM juga dapat dibuat dengan akurasi yang tidak kalah dan lebih murah.
Pentingnya peta lahan pada bisnis perkebunan
Indonesia sampai saat ini adalah Produsen CPO (crude palm oil) terbesar di dunia. Hal ini dapat kita lihat langsung disekitar kita banyak sekali tanaman kelapa sawit membentang luas yang dimiliki perusahaan maupun individu.
Dari hasil survey Litbang di Riau saja terdapat 1.781.900 ha luas areal kebun kelapa sawit dimana sebesar 889.916 ha adalah perkebunan rakyat dan sisanya dikelola oleh Swasta dan BUMN. Luasnya areal kebun kelapa sawit tersebut tentunya memerlukan manajemen yang baik agar bisnis kelapa sawit dapat berjalan lancar dan saling menguntungkan, hal ini tentunya dapat dimulai dari legalitas kepemilikan lahan dan dokumen pendukungnya agar tidak terjadi tumpang tindih lahan.
Baik Perusahaan maupun perorangan kejelasan bentuk, ukuran dan batas areal adalah hal yang sangat penting dalam bisnis perkebunan, dengan bentuk dan ukuran areal yang jelas dan akurat banyak manfaat yang didapat seperti dukungan legalitas lahan, perencanaan pemeliharaan tanaman, rencana produksi dan lain sebagainya yang mengarah kepada precision agriculture (pengelolaan pertanian yang presisi) sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga serta mengoptimalkan keuntungan.
IndoAtlas sadar akan pentingnya dukungan ahli untuk memetakan areal perkebunan yang dimiliki Perorangan maupun Perusahaan dengan biaya yang terjangkau. Untuk itu salah satu layanan kami adalah jasa pemetaan areal perkebunan mikro / areal perkebunan yang dimiliki oleh masyarakat dengan luas yang tidak terlalu besar.
Dengan dilakukannya pemetaan pada areal kelapa sawit maka akan didapat bentuk areal dan luas yang akurat dan dapat digunakan untuk beragam kepentingan. Dengan adanya peta yang detil tentunya pemilik kebun kelapa sawit akan mendapat keuntungan ketika suatu saat berniat menjual kebun tersebut karena sudah memiliki ukuran dan batas yang jelas sehingga lebih meyakinkan calon pembeli.
Jika anda memerlukan bantuan untuk memetakan kebun kelapa sawit silahkan menghubungi kami di 082284012829